Selamat Membaca Pengunjung Yang Baik Semoga Bermanfaat bagi Anda Yang Baik

Jumat, 23 November 2012

Sepenggal kisah yang belum mati


"Sejak dulu, aku tak pernah percaya jika cerita cinta memiliki alur cerita seindah karakter karangan Charles Perrault dimana seorang gadis baik hati akan selalu ditakdirkan oleh seorang pangeran tampan dari negeri antah berantah, ataupun cerita cinta indah nan klasik ala Judy Garland dan Gene Kelly. 
Atau jika diibaratkan dengan mitologi yunani kuno, cerita cinta tak akan mungkin dengan mudahnya tercipta sebagaimana Orpheus dengan segala kekuatan pesonanya dapat memikat hati seorang Eurydice yang hidup di dunia yang berbeda. 
Atau Romeo dan Juliet, bahkan Widyawati dan Sophan Sophian di film romantis legendaris Indonesia. 
Most of them memang memiliki plot yang berakhir dengan kebahagiaan, kalaupun berakhir tragis nan menyakitkan seperti kisah Ophelia dan Hamlet, toh kekuatan cinta mereka tetap tak dapat terlukiskan. Semua pasangan tersebut memiliki kisah cinta yang luar biasa, yang terus terkenang di hati orang-orang yang mengerti betul kisahnya. 

Namun aku lupa bahwa Tuhan memiliki kemampuan untuk menjadikan sesuatu yang paling tidak mungkin menjadi mungkin. 
Aku tak menyadari bahwa Ia-lah sang maha sempurna yang maha berkehendak akan segala sesuatunya. 
Kesadaran yang akhirnya kudapat adalah ketika kau hadir dalam hidupku. Segala yang kau lakukan bagaikan mahakarya paling sempurna yang Tuhan titipkan untuk kau lukiskan dalam kanvas memori hidupku yang memang sedikit buram akibat ulah orang-orang yang sebelumnya menjanjikan maha karya yang sama, namun berakhir dengan goresan hitam tak beraturan yang justru mengacaukan segalanya. 

Pada sebuah malam tak terduga di bulan April 2010 kau memulai untuk menutup goresan hitam itu dengan tinta-tinta putih milikmu. Meskipun pada saat itu aku tidak memiliki keyakinan penuh bahwa kaulah yang berhasil menutup goresan-goresan hitam itu dengan sempurna. Karena kau begitu berbeda. Kau datang dari negeri nan jauh disana, negeri dimana penduduknya tak memiliki ciri-ciri yang sama dengan penduduk negeriku ini. 
Kau dengan mata birumu, aku dengan mata hitam kecoklatanku. Kau dengan rambut coklat keemasanmu dan aku dengan rambut hitam-tak-pekatku. 
Meskipun sebenarnya aku tak perlu meragukanmu pada saat itu, namun dengan segala perbedaan yang nyata, aku terpaksa berangkat dengan segala keraguan yang aku punya. Namun aku tetap membiarkanmu menuangkan tinta pada kanvas memoriku. 
Mungkin beberapa orang bertanya mengapa aku sebegitu mudahnya membiarkanmu melakukan itu, 
yah..dikarenakan engkau tak terkejut dengan mahakarya yang terpilin kegagalan dari masa lampau yang masih terlihat begitu nyata dan kau dengan kesabaran hati yang kau miliki berusaha menutup ketidaksempurnaan yang aku miliki. 

Aku tidak mengerti mengapa kau menaruh begitu banyak kepercayaan kepadaku. Bukannya aku merasa tidak mampu untuk melakukan hal yang sama, namun, tidakkah kau takut perbedaan akan menjadikan awal suatu kehancuran? 
Tetapi aku salah... Terima kasih untuk mengajariku bahwa perbedaan tidak seharusnya menjadi palung pemisah. Aku memilih untuk melanjutkan kisah yang telah dengan indahnya terajut. Setiap manusia memang selalu dihadapi dengan berbagai pilihan, satu hari terdiri dari 86.400 detik yang setiap detiknya terdapat kemungkinan dan pilihan yang tak terbatas. 
Ini semua adalah tentang bagaimana kita ‘menghidupi’ hidup. Melakukan sesuatu atau diam dan kehilangan berbagai kesempatan. Begitulah hidup yang telah Tuhan berikan kepada kita semenjak kita membuka mata kita pertama kali di dunia. 
Meskipun aku menemui banyak sekali rintangan yang harus aku hadapi. Tetapi aku teringat dengan apa yang pernah Socrates katakan bahwa hidup yang tak teruji adalah hidup yang tak layak untuk dihidupi. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar